PENCAK SILAT SEBAGAI PENGENDALI PERILAKU PESERTA DIDIK
Oleh: Wira Rahayu, S.Pd.,M.M.Pd.
Disiplin maknanya adalah kepatuhan terhadap peraturan atau ketentuan yang berlaku dan telah ditetapkan, baik secara lisan maupun tertulis.
Hakikat disiplin yaitu:
1. Merupakan nilai ketaatan dan kepatuhan
2. Mencerminkan sikap malu berbuat yang menyimpang
3. Berarti loyal terhadap norma dan aturan
4. Artinya cinta terhadap keteraturan dan ketertiban
5. Berarti bisa membedakan mana yang boleh dan tidak boleh
6. Merupakan kemampuan mengendalikan diri
7. Berarti tahu standar perilaku yang baik
8. Disiplin akan tumbuh dengan latihan dan kebiasaan
Unsur pokok pembentuk disiplin yaitu:
1. Kebiasaan dan budaya lingkungan
2. Pendidikan Agama
3. Pendidikan informal dalam keluarga
4. Pendidikan formal di sekolah
5. Kemampuan menguasai diri
6. Adanya panutan dan keteladanan
7. Kesadaran dalam mempersepsikan disiplin
8. Kejelasan penegakan hukum
Jenis-jenis disiplin diantaranya adalah:
1. Disiplin terhadap kewajiban beragama
2. Disiplin terhadap aturan dan undang-undang
3. Disiplin waktu
4. Disiplin perencanaan
5. Disiplin anggaran dan biaya
6. Disiplin hierarki kepangkatan
7. Disiplin terhadap hasil kesepakatan
8. Disiplin terhadap hubungan antar manusia
Manfaat disiplin antara lain:
1. Hidup menjadi lebih teratur
2. Tingkat kesuksesan relatif tinggi
3. Kerja/belajar bisa lebih efektif dan efisien
4. Dapat mengeliminir konflik
5. Kepuasan kerja maupun belajar relatif lebih tinggi
6. Hubungan vertikal dan horizontal menjadi lebih baik
Aspek-aspek Pencak Silat (Catur Gatra) yang sangat berkaitan erat dengan kedisiplinan yaitu:
1. Pencak Silat Olah Raga (Pesilaga)
2. Pencak Silat Seni (Pesilani)
3. Pencak Silat Bela Diri (Pesiladi)
4. Pencak Silat Mental Spiritual (Pesilatal)
Tujuan utama belajar Pencak Silat adalah sebagai pendidikan jasmani dan rohani sehingga dapat memahami ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) berlandaskan iman dan taqwa (Imtaq) terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan secara sadar supaya mengetahui atau dapat melakukan sesuatu. Dengan belajar, maka akan ada suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia yang ditampakan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan berbagai kemampuan lainnya.
Perubahan tingkah laku dari belum dapat melakukan sesuatu menjadi dapat melakukan sesuatu merupakan hasil belajar. Perubahan tersebut timbul karena adanya pengalaman dan latihan.
Belajar pencak silat sangat dibutuhkan untuk dapat membina menjadi seorang yang berwatak kesatria, berwibawa dan bermoral karena falsafah pencak silat adalah falsafah budi pekerti luhur yang juga disebut sebagai falsafah pengendalian diri. Falsafah budi pekerti luhur mengajarkan agar manusia menggiatkan akal, rasa dan kehendaknya serta menampilkan watak atau akhlaqnya secara terpuji . Yang ingin diwujudkan dengan kegiatan itu adalah sikap, perilaku dan perbuatan yang luhur, yakni sikap, perilaku dan perbuatan yang terkendali.
Dalam perkembangan sosial dan budayanya, makna pencak silat adalah pengendalian jurus bela diri, seni dan olah raga beserta falsafahnya yang berlandaskan pada nilai-nilai serta kaidah-kaidah agama dan moral yang dijunjung tinggi sebagai suatu kesatuan oleh masyarakat pribumi Asia Tenggara.
Pengendalian diri merupakan unsur pokok pembentuk disiplin, sedangkan disiplin lahir, tumbuh dan berkembang dari sikap seseorang di dalam sistem nilai budaya yang telah ada di dalam masyarakat. Perlu disadari bahwa disiplin merupakan bekal utama untuk dapat meraih sukses, tapi pada kenyataannya masih sangat banyak yang memandang disiplin secara negatif. Hal tersebut terjadi karena masih banyaknya masyarakat yang belum memahami hakikat disiplin dan belum mengetahui cara membentuk sikap disiplin secara efektif dan efesien.
Sebagaimana kita ketahui bahwa disiplin adalah kepatuhan pada suatu peraturan, baik lisan maupun tulisan. Oleh karena itu membentuk atau membangun kedisiplinan khususnya terhadap peserta didik di sekolah sangat berguna bagi kepentingan pribadi, orang lain maupun masyarakat. Alangkah prihatinnya apabila kalangan peserta didik terpelajar belum dapat memahami hakikat disiplin dan tidak peduli dengan adanya suatu proses pembentukan sikap disiplin yang tentunya akan berdampak negatif terhadap karir dan masa depannya.
Dengan belajar pencak silat, maka para peserta didik di sekolah, maupun di luar sekolah akan memiliki dedikasi dan loyalitas yang tinggi sehingga lebih efektif serta efisien dalam membangun atau membentuk sikap disiplin dan dapat lebih mudah mengendalikan perilakunya.
RIWAYAT SINGKAT PERGURUAN PENCAK SILAT
CAKRA BUANA INDONESIA (CBI) KOTA BOGOR
Berdirinya PPS CBI Kota Bogor sangat berkaitan erat dengan beberapa Perguruan Silat yang telah ada sebelumnya, antara lain : PS Taji Malela, PS Ciung Wanara, PS Padjadjaran Cimande, PS Mande Muda, PS Jalak Sutra, PS Heulang Ruyuk dan PS Elang Putih.
PS Padjadjaran Cimande, PS Mande Muda, PS Cinde Wulung, PS Kilat Buana, PS Jaka Bayu, PS Hiyang Rangga, PS Kian Santang, PS Raksa Bumi dll. (sekitar lebih dari 40 PS) adalah merupakan Keluarga Besar Pajajaran Cimande (KBPC) dibawah pimpinan seorang Guru Besar bernama Tubagus Moch. Djamhari (Almarhum). Sedangkan yang menjadi Guru Besar PS Taji Malela, PS Ciung Wanara, PS Jalak Sutra, PS Heulang Ruyuk dan PS Elang Putih adalah Bapak Umar Yakub (Almarhum).
Perguruan Pencak Silat tersebut memiliki ciri khas dan alirannya masing-masing. Demi meraih prestasi dan prestise yang optimal, masing-masing Perguruan tidak menerapkan seluruh aspek (4 Aspek) yang terkandung dalam Pencak Silat secara proporsional. Sedangkan empat aspek tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang dikenal dengan istilah Catur Gatra, yaitu meliputi Pencak Silat Olah Raga (Pesilaga), Pencak Silat Seni (Pesilani), Pencak Silat Bela Diri (Pesiladi), dan Pencak Silat Mental Spiritual (Pesilatal) atau Pencak Silat Pengendalian Diri.
Perguruan Pencak Silat tersebut memiliki ciri khas dan alirannya masing-masing. Demi meraih prestasi dan prestise yang optimal, masing-masing Perguruan tidak menerapkan seluruh aspek (4 Aspek) yang terkandung dalam Pencak Silat secara proporsional. Sedangkan empat aspek tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang dikenal dengan istilah Catur Gatra, yaitu meliputi Pencak Silat Olah Raga (Pesilaga), Pencak Silat Seni (Pesilani), Pencak Silat Bela Diri (Pesiladi), dan Pencak Silat Mental Spiritual (Pesilatal) atau Pencak Silat Pengendalian Diri.
Keempat aspek tersebut diterapkan serta wajib dipelajari oleh seluruh anggota PPS CBI dengan memadukan beberapa aliran Pencak Silat (gabungan/kombinasi) dalam jurus-jurusnya sehingga timbul suatu gerakan/jurus khas yang variatif dan atraktif. Jurus-jurus tersebut dapat menimbulkan atau melahirkan jurus baru secara terus menerus (berkesinambungan) dari dasar yang sama tanpa menghilangkan ketradisionalannya. Contohnya adalah dapat tercipta tepak palered A,B,C,D dan seterusnya atau misalkan jurus A,B,C,D dan seterusnya, tepak dua AB,C,D dan seterusnya. Yang menjadi jurus khasnya adalah: “ Jurus Wamael“, yaitu perpaduan antara gerakan Walet, Macan dan Elang. Seiring dengan perkembangan waktu maka untuk jurus khasnya tersebut diawali dengan Jurus Blaganjuran, perpaduan seluruh jurus-jurus CBI yang terdiri dari Blaganjuran Wiragana (Tunggal) dan Blaganjuran Wiraloka (Beregu). Semenjak tahun 2006 s/d 2012 Blaganjuran merupakan jurus andalan CBI yang dapat diaplikasikan dalam semua aspek Pencak Silat, terbukti dengan berhasilnya para atlit CBI menjadi yang terbaik di kota & kabupaten Bogor hingga tingkat Jawa Barat.
Dalam kejuaraan atau festival Pencak Silat terbagi kedalam 2 (dua) bagian, yaitu Pencak Silat Prestasi dan Pencak Silat Tradisi. Sebelumnya adalah Pencak Silat Olah Raga (Pesilaga) dan Pencak Silat Bela Diri dan Seni (Pesiladini). Selanjutnya Pesilaga berubah menjadi Wiralaga, lalu berubah lagi menjadi kategori Tanding.
Pencak Silat Prestasi terdiri dari 4 (empat) kategori, yaitu; Tanding, Tunggal, Ganda dan Regu (TTGR) tanpa iringan musik. Sedangkan Pencak Silat Tradisi meliputi 3 (tiga) kategori yang terdiri dari Wiragana (Tunggal), Wirasanggha (Ganda/Berpasangan) dan Wiraloka (Regu/Rampak) dengan iringan musik tradisional. Untuk jurus Tunggal dan Regu dalam Pencak Silat Prestasi bersifat Baku (Jurus Baku) yaitu jurus wajib Persekutuan Pencak Silat Antarabangsa (PERSILAT) yang telah disosialisasikan melalui penataran wasit juri dan kepelatihan pada tahun 1998. Dalam kegiatan penataran tersebut CBI masuk 5 besar sebagai peserta penataran terbaik dan menempati ranking III dari seluruh Perguruan Pencak Silat se Kota Bogor. Sedangkan dalam Pencak Silat Tradisi bersifat Bebas (Jurus Bebas) sesuai dengan aliran pada perguruannya masing-masing yang sangat mungkin sudah ada sejak berabad-abad tahun yang lalu. PPS CBI berusaha menghargai, mengapresiasi dan
mengaplikasikan jurus-jurus yang menjadi khas Bogor, antara lain;
Golempangan, Salancar, Prang-Prang, dan Blaganjuran.
Sejak tahun 1995 PPS CBI sudah berpartisipasi secara aktif di kegiatan IPSI Kota Bogor termasuk mengikuti berbagai kejuaraan/lomba Pencak Silat. Prestasi dan prestisenya patut diperhitungkan oleh Perguruan-Perguruan Silat lainnya, baik perguruan yang biasa maupun perguruan yang sudah populer. Sudah banyak atlit CBI yang pernah berhasil meraih juara I, II dan III pada periode tahun 1995 sampai dengan sekarang untuk semua kategori yang dipertandingkan/dilombakan pada tingkat lokal/daerah hingga tingkat nasional.
Sebetulnya ciri khas tradisional Perguruan Pencak Silat tidak akan pernah timbul apabila suatu Perguruan Pencak Silat tidak menerapkan keempat aspek yang terkandung dalam Pencak Silat secara utuh dan proporsional. Alangkah idealnya apabila IPSI Kota Bogor menjadikan hal tersebut menjadi bagian dari salah satu syarat untuk diakui/disahkannya suatu Perguruan Pencak Silat dan sesuai dengan motto IPSI, yaitu: “Pembaharuan Yang Berkesinambungan”
Penjelasan Makna Nama dan Badge (Lambang) PPS CBI Kota Bogor
Cakra mempunyai arti senjata, berasal dari sebuah Pusaka bernama Senjata Cakra yang hanyadigunakan oleh satria sejati apabila dalam keadaan terdesak, terpaksa, bahaya atau tidak ada pilihan lain. Senjata tersebut merupakan senjata pemusnah atau penghancur kejahatan, juga dapat digunakan untuk membuka hijab atau sebagai pembuka tabir sebuah misteri. Buana berarti Dunia atau alam semesta (jagat raya). Jadi Cakra Buana artinya adalah Senjata Dunia, maknanya dapat mengandung arti senjata diri, benteng diri, pertahanan/perisai diri yaitu kedamaian hati (perdamaian). Dalam hal ini bahwa Pencak Silat adalah warisan leluhur nenek moyang bangsa Indonesia dan juga merupakan kebudayaan asli Indonesia dapat menunjukan kehadirannya sebagai perisai bangsa dan negara sehingga Pencak Silat tidak hanya dimiliki, diakui dan berkembang di dalam negeri saja tetapi juga dapat diterima di dunia Internasional.
Cakra Buana dalam sejarah Bogor adalah nama seorang putra Prabu Siliwangi (Sri
Baduga Maharaja) yang sangat memahami dunia persilatan. Setelah menunaikan
ibadah haji ketanah suci Mekah memiliki nama H. Abdullah Iman. Gelar
nama lainnya adalah Sri
Mangana, Ki Cakrabumi, Ki
Samadullah, Walang Sungsang, Kilat Buana, Genter Bumi, Heulang Ruyuk dll. Berasal dari kerajaan
Pajajaran yang berpusat atau beribukota di Pakuan (Bogor), wilayah kekuasaanya
meliputi seluruh daerah Jawa Barat. Bersama-sama dengan Syarif Hidayatullah
atau Sunan Gunung Jati (putra Lara Santang) dan Raja Sangara / Kian Santang / Gagak Lumayung mendirikan kerajaan Cirebon dan berhasil
menyebarkan Agama Islam di Jawa Barat.
Gambar Anak Panah mempunyai suatu makna kecepatan dan ketepatan dalam bertindak. Senjata Kujang merupakan Senjata Pusaka yang menjadi ciri khas Jawa Barat, karena Perguruan tersebut lahir dan berdiri di Bogor (Jawa Barat). Bola Dunia menggambarkan suatu tempat kehidupan dengan berbagai macam bentuk kegiatannya masing-masing.
Dua Buah Garis Segi Lima melambangkan penghayatan serta pengamalan ajaran Agama (Rukun Islam) dan berjiwa Pancasila (Pancasilais).
Warna Biru melambangkan kesetiaan, ketabahan dan pengabdian, Warna Putih melambangkan kesucian, bersih jasmani dan rohani (lahir dan batin), Warna Kuning melambangkan keluhuran budi pekerti serta kecerdasan, Warna Merah melambangkan keberanian di jalan yang benar. Dua Buah Bintang mengapit lingkaran warna biru melambangkan tanggal didirikannya PPS CBI Kota Bogor,yaitu tanggal 20 (dua puluh). Titik sebanyak 6 (enam) buah di senjata kujang mengandung arti bulan ke enam, yaitu bulan juni. Sembilan belas huruf dalam CAKRA BUANA INDONESIA , sembilan garis dalam bola dunia dan tiga warna utama biru, kuning dan merah melambangkan tahun 1993. Bintang yang terdiri dari delapan sudut/garis mengandung arti penyebaran atau pengembangan PPS CBI Kota Bogor mengikuti arah delapan penjuru mata angin dan diharapkan agar dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat.
Tingkatan Sabuk /JabatanAnggota
1. Kuning : Cakra Satria
2. Hijau : Caka Muda
3. Biru : Cakra Madya
4. Coklat : Cakra Taruna
5. Merah : Cakra Pratama
6. Hitam : Cakra Utama
7. Putih : Cakra Yudha
8. Oranye : Cakra Wiyata
9. Kuning Emas : Cakra Lelana
10. Hijau Emas : Cakra Prasetya
11. Biru Emas : Cakra Setia
12. Coklat Emas : Cakra Perdana
13. Merah Emas : Cakra Perwira
14. Hitam Emas : Cakra Pandita
15. Putih Emas : Cakra Pandita Ratu
Penjelasan Makna Sabuk Yang Digunakan
1. Kuning
melambangkan kecerdasan keluhuran budi pekerti, maka setiap anggota dibina agar cerdas dalam segala hal dan berbudi pekerti luhur serta menjadi pembela kebenaran.
2. Hijau
melambangkan perdamaian dan ketentraman, maka setiap anggota yang menyandang sabuk hijau berkewajiban mendamaikan suatu perselisihan yang bersifat negatif demi menentramkan keadaan.
3. Biru
melambangkan ketabahan dan pengabdian, maka setiap anggota yang menyandang sabuk biru berkewajiban untuk tetap tabah dalam menghadapi segala cobaan dan mengabdi terhadap perguruan dengan setulus hati tanpa dipaksakan oleh pihak-pihak lain.
4. Coklat
melambangkan kecintaan dan kesetiaan, maka setiap anggota yang menyandang sabuk coklat harus cinta dan setia terhadap Pencak Silat sesuai dengan Sumpah Perguruan/ Prasetya Pesilat Indonesia .
5. Merah
melambangkan keberanian dan keterbukaan, maka setiap anggota yang menyandang sabuk merah harus berani mengembangkan perguruan secara terbuka dengan menggunakan nama organisasi yang sama demi memperat rasa persatuan dan kesatuan
6. Hitam
melambangkan ketenangan dan keabadian/kekekalan, maka setiap anggota yang menyandang sabuk hitam haruslah berjiwa besar dan tenang demi kelangsungan dan ketegaran serta kekekalan perguruan Pencak Silat
7. Putih
melambangkan kesucian, maka setiap anggota yang menyandang sabuk putih harus bersih jasmani dan rohani demi mencapai tujuan yang ingin dicapai.
8. Oranye
melambangkan ketegaran, maka setiap anggota yang menyandang sabuk oranye diharapkan selalu tegar dalam menghadapi suatu persoalan/masalah.
9. Kuning Emas
melambangkan keceriaan, maka setiap anggota yang menyandang sabuk kuning emas selalu berusaha tidak akan pernah memperlihatkan rasa malas, sakit dan sedih.
10. Hijau Emas
melambangkan keikhlasan hati, maka setiap anggota yang menyandang sabuk hijau emas akan berjiwa tulus tanpa pamrih demi mencapai kebenaran sejati.
melambangkan kekuatan dan ketabahan hati.
12. Coklat Emas
melambangkan ketegaran hati.
13. Merah Emas
melambangkan keterbukaan hati.
14. Hitam Emas
melambangkan ketenangan hati.
15. Putih Emas
melambangkan kebesaran jiwa raga demi mencapai keridhoan dari Allah SWT (Mardhotillah) yang menjadi tujuan hidup umat manusia di dunia.
TATA TERTIB DAN SANKSI
1.
Datang ketempat latihan 30 (Tiga Puluh) menit sebelum kegiatan
/ latihan dimulai, persiapan untuk ganti pakaian dan absensi
kehadiran.
2.
Jika datang
terlambat, diwajibkan melapor kepada Cakra Utama /
Cakra Pratama dengan memberikan sikap
salam/hormat perguruan dan siap
menerima sanksi yang telah ditentukan.
3.
Diwajibkan
mengenakan pakaian seragam Pencak Silat lengkap beserta atributnya dan tidak
boleh memakai aksesoris serta tidak berkuku panjang.
4. Memberi
khabar secara lisan maupun tulisan apabila berhalangan hadir dengan dibuktikan
oleh surat penjelasan yang ditanda tangani oleh orang tua/wali.
5.
Dilarang meninggalkan kegiatan
/ tempat latihan tanpa seizin Cakra Utama / Cakra Pratama
6. Mempelajari,
memahami, menguasai, menghayati dan mengamalkan materi Kegiatan
Belajar dan Latihan Pencak Silat (Kiblat) yang telah diberikan, baik teori
maupun praktik.
7.
Mengikuti
segala macam bentuk program yang telah ditetapkan.
8.
Membayar iuran wajib / sukarela
sesuai dengan ketentuan yang berlaku
9.
Dilarang merokok dan membawa
hal – hal yang dapat mengganggu atau membahayakan dilokasi Kegiatan Belajar dan Latihan Pencak Silat (Kiblat)
10. Tidak
diperkenankan melakukan hal-hal yang dapat mengganggu dan/atau membahayakan
Kegiatan Belajar dan Latihan Pencak (Kiblat).
11.
Tidak diperkenankan pacaran dan
pelecehan seksual lainnya ditempat (lokasi) kegiatan / latihan
12.
Melakukan upacara/penghormatan
umum kepada Cakra Utama/Pratama dipimpin oleh Ketua Kiblat atau Pesilat yang memiliki jabatan/tingkatan sabuk tertinggi dan berdo’a sebelum / sesudah latihan
13. Senantiasa
patuh serta hormat kepada Guru, Pembina, Pelatih, Instruktur, Mentor, Cakra
Utama / Cakra Pratama maupun sesama anggota lainnya.
14. Apabila
selama 1 (satu) bulan atau lebih tidak mengikuti Kegiatan Belajar dan Latihan
Pencak Silat (Kiblat) tanpa ada khabar maupun berita, maka dianggap telah
mengundurkan diri secara tidak hormat sebagai Anggota Kiblat/Anggota PPS CBI
Kota Bogor dan apabila ingin masuk atau aktif kembali, diharuskan daftar ulang
sebagaimana Anggota Baru.
15.
Apabila melanggar ketentuan
yang berlaku sesuai AD / ART serta tata tertib tersebut, maka akan dikenakan sanksi /
hukuman baik berupa fisik maupun non fisik setimpal dengan perbuatannya
16.
Hal – hal lain akan diatur
kemudian dalam suatu peraturan khusus
DAFTAR PUSTAKA
1. Soejitno Irmim – Abdul Rochim, Membangun Disiplin Diri Melalui Kecerdasan Spiritual Dan Emosional–Batavia Press, 2004.
2. Drs. Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif – Puspa Swara, 2000.
3. Wira Rahayu, Pengenalan Pencak Silat Dan Perkembangannya – Bogor 1997.
4. Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga PPS CBI Kota Bogor - Bogor 2012